JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan dirinya dan Ibu Negara Ani Yudhoyono pernah menangis dalam duka yang amat mendalam.
Tangis SBY dan istri tumpah, ketika menyaksikan saudara-saudara kita menjadi korban tsunami di Aceh dan Nias pada akhir tahun 2004 lalu.
"Meskipun saya pribadi berusaha untuk tetap tegar, tetapi tak kuasa membendung air mata," ujar SBY dalam dalam buku bertajuk 'Selalu Ada Pilihan'.
Untuk diketahui, Presiden SBY secara resmi meluncurkan bukunya yang berjudul 'Selalu Ada Pilihan' di Jakarta Convention Center, Jumat (17/1/2014). Buku setebal 824 halaman tersebut ditulis sendiri oleh SBY selama hampir setahun.
Lebih lanjut SBY berkisah, kesedihan mendalam itu terjadi lagi. Masih tetap berkaitan dengan tsunami Aceh. Saat itu, tahun 2005, ketika SBY sedang berada di Medan dan bertemu dengan ratusan anak yatim piatu di sebuah panti asuhan.
Ketika itu, SBY sedang meninjau acara peresmian rumah anak Madani di Deli Serdang, Sumatera Utara, yang juga dihadiri oleh Presiden Timor Leste, Xanana Gusmao.
Dijelaskan, Yayasan Kemanusiaan berbentuk rumah anak Madani didirikan oleh Chairul Tanjung, seorang pengusaha yang amat sukses.
"Ketika anak-anak yatim itu memeluk dan merebahkan badannya ke istri, Ibu Ani, sambil menangis, saya dan Xanana saling menengok. Mata kami berdua berkaca-kaca," tutur SBY.
Dialog singkat SBY dan Xanana pun terjadi saat itu.
"Sebagai pemimpin, dalam suasana seperti ini, ada dua hal yang bisa terjadi," kata Xanana waktu itu.
SBY pun menatap sahabatnya itu, yang kemudian melanjutkan kata-katanya.
"Kalau kita menangis ada yang menganggap kita tidak tegar. Tetapi kalau kita dilihat tidak merasakan kesedihan itu, dikira kita tidak punya hati," lanjut Xanana.
SBY membalas mengangguk. Sambil menyeka air mata, SBY menjawab, "Anda benar. Yang saya pikirkan sekarang adalah tentang masa depan mereka. Mereka sudah kehilangan masa lampaunya, mungkin segalanya, oleh karena itu, jangan sampai mereka kehilangan harapan dan masa depannya,"kata SBY. [Tribunnews]
Sabtu, 18 Januari 2014
http://theglobejournal.com/
Sem comentários:
Enviar um comentário