Oleh José Ramos-Horta*
Saya memulai kehidupan politik sata di awal 1970-an sebagai seorang sosial demokrat dan tetap menjadi sosial demokrat setelah itu; satu-satunya inspirasi ideologis saya adalah model Sosial Demokrasi Swedia yang moderat. Saya tidak pernah terpikat dengan Marxisme; dan semua kamarada dalam gerakan perlawanan kami tahu betapa kuatnya saya menolak doktrin Marxis-Leninis.
Di awal tahun 1970-an di antara lingkaran kecil Marxist dan Maois saya dicap “pro-Amerika”. Dilabeli sebagai pro-Amerika Serikat sebenarnya menjadi sebuah lencana kebanggaan sebab saya mengagumi sistem politik Amerika yang kuat checks and balance-nya, kebebasan media yang kuat, kepemimpinan internasional dalam ilmu pengetahuan dst. Ada yang bahkan mengatakan saya agen bagi “Imperialisme Australia” padahal para intel Australia sibuk mematai-matai saya.
Jadi saya percaya sekaligus geli bagaimana nama saya muncul dalam file-file Negara komunis Czekoslowakia yang telah runtuh sebagai seorang “agen”.
Ceritanya dimulai sekitar akhir tahun 1970-an ketika saya seorang diplomat di PBB di New York. Saya ingat itu sebuah kesempatan pertemuan di Lounge Delegasi PBB di mana para diplomat bebas berbaur dan mengobrol dan di mana seringkali negosiasi dan perjanjian serius terjadi .
Dalam retrospeksi saya bertanya-tanya apakah pertemuan pertama kami memang sebuah kebetulan atau agen mata-mata Ceko telah mengidentifikasi saya sebagai agen potensial. Pertemuan pertama ini diikuti oleh undangan untuk beberapa kali makan siang di restoran lokal Cina.
Sejak tahun 1976, tinggal di Manhattan dengan sangat sedikit uang, saya tinggal di tempat kumuh, apartemen kecoa penuh; dan tidak akan pernah menolak makanan gratis. Dan dalam hal apapun tugas saya adalah untuk bertemu siapa pun yang menunjukkan minat terhadap perjuangan dan penderitaan rakyat saya – dan mencoba untuk memenangkan suara mereka dalam resolusi-resolusi tahunan Majelis Umum PBB mengenai Timor-Timur.
Setelah dua atau tiga pertemuan pertama, ia mulai meminta pandangan saya tentang Amerika Serikat dan bagaimana mereka akan memberikan suara dalam resolusi Timor-Timur. Pemerintahan AS berturut-turut dari tahun 1975 hingga 1999 berpihak pada rezim Suharto, tidak hanya secara diplomatis tetapi juga menyediakan senjata dan bantuan ekonomi; dia juga sangat tertarik pada politik AS pada umumnya dan saya sangat senang untuk memamerkan pengetahuan saya tentang topik ini. Dia tampak terkesan. Sebenarnya, saya sangat tertarik pada isu AS sejak SMA dan telah banyak membaca selama bertahun-tahun.
Saya sebenarnya terlalu membesar-besarkan tentang kontak-kontak saya di Amerika Serikat. Saat itu, instruksi ketat Pemerintah AS untuk para pejabatnya adalah bahwa tidak akan ada kontak dengan siapa pun dari gerakan perlawanan Timor. Jadi saya tidak punya akses sama sekali kepada siapa pun dalam pemerintahan. Hanya beberapa staf di Kongres AS dan anggota Kongres yang mau menyambut saya ke kantor mereka mendengar tentang Timor Timur dan hanya tentang Timor-Timur .
Kadang ia menanyakan sumber-sumber saya untuk menjustifikasi informasi saya; dan saya akan memberinya sebuah daftar para sumber, organisasi hak asasi manusia atau think tank sayap kiri atau liberal, yaitu mereka yang tertarik tentang Timor-Timur pada saat itu.
Saya katakan kepada Mr Fila ia bisa mendapatkan laporan seperti itu dan analisis mendalam tentang AS dari berbagai sumber terbuka, media, think- tank, akademisi, LSM. Saya mengambil beberapa paper tersebut di berbagai seminar akademis yang saya hadiri di mana selalu paper-paper yang sangat baik tentang AS atau hubungan AS-Soviet disajikan. Kesulitannya adalah bahwa pandangan dan analisis beragam, dengan banyak poin pandangan yang bertentangan, yang bisa dimengerti akan sangat membingungkan bagi seorang agen komunis.
Saya mulai kehilangan minat ketika saya menyadari bahwa ia benar-benar mencoba menggunakan saya, merekrut saya sebagai seorang informan atau analis untuk pemerintahannya; mengapa saya harus membantu mereka jika pemerintahannya tidak menunjukkan sedikit minat pun kepada Timor-Timur.
Saya tidak pernah menginjakkan kaki di Uni Soviet saat itu atau di salah satu negara blok Soviet. Rekan-rekan Timor saya dan saya berusaha keras selama bertahun-tahun untuk mengunjungi ibukota komunis, Moskow dan negara-negara blok Timur, untuk melobi support tetapi mereka tidak pernah menyetujui untuk menerima kami bahkan hanya untuk mendengarkan cerita dari sisi kami.
Suatu hari Mr Fila mengundang saya untuk menghabiskan akhir minggu di sebuah kompleks di suatu tempat di Long Island yang saya percaya dimiliki oleh Soviet. Saya menolak. Kemudian Mr Fila mengundang saya untuk bertemu di Wina. Sekali lagi saya menolak karena saya tahu saat itu saya akan memasuki daerah berbahaya. Dan saya mulai kesal! Dan saya memberitahu pengganti Mr Fila bahwa saya tidak siap untuk bekerja sama dengan mereka dengan cara apapun yang tidak dalam kepentingan negara saya atau melawan negara lain. Saya tidak pernah mendengar dari Mr Fila lagi tetapi selama bertahun-tahun saya kadang-kadang bertanya-tanya apa yang terjadi padanya. Saya harap dia baik saja di mana pun ia berada.
Itulah ceritanya. Tidak pernah saya akan membayangkan bahwa Mr Fila atau rekan-rekannya di Praha akan berpikir saya bisa bekerja untuk mereka. Bagaimana mereka percaya bahwa saya akan memiliki akses ke materi rahasia intelijen AS ketika saya bahkan tidak bisa berbicara dengan seorang diplomat yunior AS adalah di luar jangkauan (pengetahuan) saya.
Saya tidak pernah menyembunyikan kepada Mr Fila kepada siapa kesetiaan saya – kepada negara saya. Jika mereka mendukung kami sepanjang jalan, maka ya, meskipun saya tidak pernah menjadi seorang komunis saya akan menjadi sekutu mereka sebagaimana banyak gerakan pembebasan Nasional, di Asia, Afrika dan Amerika Latin, yang mendapat dukungan kebaikan hati dari negara blok Soviet ini.
Kami adalah Pembebasan Nasional termiskin dan paling terisolasi di dunia, diabaikan oleh blok komunis dan ditekan bom AS, salah satu dari sedikit gerakan yang terlupakan yang tidak mendapatkan satu butir peluru atau bahkan jabat tangan diplomatik dari negara-negara blok Soviet. Mereka bukan teman kami. Saya bukan teman mereka. Timor-Timur adalah barang gadaian kecil, terbuang bagi semua negara-negara besar, komunis maupun non-komunis. Tapi pada akhirnya keadilan menang atas kejahatan. [S]
* Jose Ramos-Horta adalah Pemenang Nobel Perdamaian tahun 1996, mantan Perdana Mentri dan Presiden Timor-Leste dan sekarang adalah Utusan Khusus Sekjen PBB untuk urusan negara-negara Afrika dan Guinea Bissau. Tulisan ini pertama kali muncul di blog resmi penulis 21 Mei 2014, kemudian diterjemahkan dan diterbitkan kembali oleh Satutimor.com atas izin penulis.
Added by satutimor.com on May 25, 2014.
Sem comentários:
Enviar um comentário